Selasa, 30 Desember 2014

MUJISAT PENYEMBUHAN HIV – AIDS, SUATU KEBENARAN??

Bagi banyak orang yang terinfeksi HIV-AIDS, kesembuhan merupakan harapan terbesar dalam kehidupan, namun disadari bahwa ini merupakan harapan yang belum tahu kapan menjadi sebuah kenyataan sukacita. Hidup dengan HIV-AIDS menjadi perjuangan kemanusiaan dan juga spiritual, kehidupan yang diperhadapkan dengan stigmatisasi dan diskriminasi masyarakat merupakan hal yang sangat menyakitkan, diperparah dengan penolakan orang-orang yang berlebel religius karena mengkaitkan keterpaparan seseorang dengan perilaku tidak bermoral dan penyakit kutukan TUHAN.

Penawaran kesembuhan bagaikan secangkir air dipadang pasir bagi orang terinfeksi HIV, dan secara psikologis ini merupakan jawaban dari pergumulan kehidupan mereka selama ini, namun disisi lain inilah fatamorgana. Orang yang terinfeksi HIV bersama keluarga mereka rela membayar berapapun harga obat yang ditawarkan tanpa perduli dari mana mereka mendapatkan uang dan apa yang akan dimakan nanti, serta kenyataan khasiat dari obat tersebut, bagi mereka kesembuhan merupakan harga mati.

Penawaran-penawaran kesembuhan tidak hanya datang dari para “dukun” yang berdalih mendapat wahyu dari Yang Maha Kuasa, namun juga datang dari para agamawan. Doa ditawarkan sebagai jalan alternative penyembuhan ilahi dan meninggalkan pengobatan medis merupakan pembodohan iman yang tidak realistis, yang dilakukan oleh para agamawan yang tidak memahami masalah HIV-AIDS dan mereka yang terinfeksi.

Dalam iman Kristiani, mujisat merupakan kejadian Ilahi dalam meneguhkan kesaksian utusan-NYA. Namun dalam banyak hal yang berhubungan dengan kesembuhan satu penyakit tertentu, YESUS membuktikannya dalam kehidupan kongrit melalui tangan manusia.

Peristiwa Yesus menyembuhkan seorang kusta dalam Matius 8:1-4. Menilik dari pernyataan Tuhan Yesus pada ayat 4, “ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkan dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka” ini menunjukan bahwa mujisat membutuhkan pembuktian kongrit tentang kesembuhan itu sendiri. Merujuk pada penyakit HIV dan AIDS yang disembuhkan, bukan berarti penulis tidak mempercayai mujisat tetapi perlu adanya pembuktian medis sebagai kekuatan penegasan dari mujisat.

Kitab Imamat pasal 13 dan 14, yang menentukan seseorang terindikasi penyakit kusta adalah SEORANG IMAM. Dan dalam kitab Matius 8:1-4 dan kitab Lukas 17:11-19 dengan tegas Yesus menyuruh orang kusta untuk pergi menemui para imam, untuk membuktikan kesembuhannya.

Seseorang dinyatakan HIV Positif melalui pemeriksaan medis, dan sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk membunuh virus HIV. Secara iman kristiani yang mempercayai mujisat TUHAN YESUS, tidak ada yang mustahil bagi DIA (Lukas 1:17) namun pembuktian medis yang dibutuhkan disini sebagai bagian dari aplikasi Firman Tuhan Yesus. Sebagaimana YESUS menyuruh orang kusta bertemu dengan para imam untuk membuktikan kesembuhannya, maka selayaknya orang yang terinveksi HIV disuruh bertemu dengan medis untuk membuktikan kesembuhannya baru kemudian dia mempersembahkan korban syukur sebagaimana yang di perintahkan Musa.

Pembuktian ini penting sebagai penguatan mujisat tersebut, tanpa pembuktian, mujisat itu hanya retorika. Inti pesan Yesus kepada orang kusta adalah “BUKTI KESEMBUHAN” yang direkomendasikan oleh para IMAM. Dalam konteks kasus HIV, pemeriksaan darah ulang (tes HIV) merupakan bukti lahiriah yang menguatkan mujisat.

Dengan pemerikasaan ulang ini, kita menghindari keyakinan semu yang lebih didasari pada sugesti “mujisat” yang akan melahirkan kekecewaan. Dalam pemeriksaan ulang dan ternyata tidak ditemukan anti body HIV maka disitulah kebesaran kasih dan kuasa ALLAH dipermuliakan.
Kita semua sepakat bahwa ALLAH sanggup melakukan melampaui apa yang kita pikirkan dan doakan (Efesus 3:20) tapi salahkah kalau kita perlu membuktikan satu mujisat sebagai bagian dari kekuatan iman?? Memang ALLAH lebih besar dari HIV dan AIDS, tetapi kita juga mesti menyadari bahwa dengan penyakit yang sama ALLAH mau menunjukan kuasa-NYA atas manusia di bumi ini?

Jadi secara Alkitabiah tidak ada kontradiksi antara mujisat dan pembuktian medis terhadap mujisat tersebut, semuanya berjalan dalam koridor ILAHI sebagai pembuktian KUASA ALLAH, dan YESUS tidak keberatan jika MUJISAT itu DIBUKTIKAN, malah YESUS “MEMERINTAHKAN” untuk dibuktikan terlebih dahulu.

Dalam konteks HIV dan AIDS, mari kita buktikan kebenaran MUJISAT kesembuhan melalui pembuktian medis sebagai kekuatan kebenaran dari mujisat itu sendiri. Ini bukan berarti penulis tidak mempercayai mujisat ilahi tetapi demi menghindari pola pikir yang salah di masyarakat dan memberikan penghiburan semu kepada orang terinveksi yang kemudian memperburuk kondisi kesehatan mereka dan pada akhirnya mereka kecewa dengan TUHAN, karena HIV berhubungan erat dengan BIOPSIKOSOSIAL SPIRITUAL.

Mari kita sama-sama merealisasikan kebenaran Alkitabiah dalam realita kehidupan iman demi kemuliaan TUHAN YESUS sang Penyelamat kita tanpa menjadikan banyak orang kecewa dengan Tuhannya karena janji semu yang kita tawarkan.



Pdt. Sefnat JD Lobwaer.
Gembala Jemaat GSJA “Karismatik” Merauke.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berjalan bersama TUHAN - Part 7

Menjadi Manusia BARU Efesua 4 : 17 - 32 Oleh : Ps. Sefnat JD. Lobwaer. Kehidupan yang diberikan oleh TUHAN YESUS sebagai anugerah bagi manus...