Semenjak
penemuan kasus HIV oleh Luc Montagnier
dan Rober Gallo lalu berkembang sampai saat ini, di Indonesia bahkan di Papua
dengan 38.874 Kasus.
Perdebatan
mulai bermunculan baik untuk mencari alternatif pengobatan maupun untuk
pembenaran akan asal usul virus ini. Di Papua, semenjak tahun 1992 muncul
pembenaran-pembenaran kelompok yang berusaha dihembuskan untuk mendiskritkan
kelompok-kelompok tertentu terutama kelompok yang rentan terinfeksi maupun
menginfeksi.
Pencairan
pembenaran siapa yang membawaa virus ini sampai ke Papua menjadi perdebatan
panjang sampai kita lupa bagaimana mencari jalan pemecehan, lalu muncul stigma
di masyarakat yang kemudian menjadi diskriminasi terhadap orang-orang tertentu.
Seiring
waktu, pembenaran ini menyentuh ranah Agama; yang diperdebatkan mengenai kutuk
dan kudus tidaknya seseorang yang terinfeksi HIV.
Bermunculan
pandangan-pandangan teologi yang berusaha untuk memasukan HIV baik sebagai
bagian dari intervensi positif namun ada juga sebagai pembenaran sebuah
tindakan yang tidak manusiawi.
Intervensi
dengan melibatkan tokoh agama bukanlah sesuatu yang salah, tetapi pandangan
dibalik pelibatan inilah yang harus di dudukan dengan tepat, sehingga para
tokoh agama tidak mengambil peran kelompok lain dalam konteks penanggulangan HIV
dan AIDS.
Memahami
apa itu Teologi dan Agama menjadi penting saat kita mau berbicara tentang HIV
dan AIDS.
Teologi dalam Pandangan Kristen
Kata
Teologi terdiri dari 2 suku kata; 1) Theos yang artinya TUHAN dan 2) Logia yang
artinya kata-kata atau ucapan.
Dari
2 akar kata ini maka disimpulkan bahwa berbicara mengenai Teologi maka kita
harus berbicara tentang APA YANG DIFIRMANKAN TUHAN (bahasa sehari-hari, apa kata Alkitab)
Agama
Agama
adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan / pemerintah dari
kehidupan. Wikipedia
Agama
adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Mahakuasa serta kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia
serta lingkungannya. KBBI
Memahami
tentang apa itu Teologi dalam pendangan Kristen dan pengertian agama menjadi
penting untuk kita memposisikan pendekatan yang diharapkan tepat dalam
melakukan intervensi permasalahan HIV adan AIDS khususnya di Provinsi Papua.
HIV
Virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga manusia rentan dengan
berbagai penyakit.
Penularan
HIV melalui 1). Hubungan seks yang berisiko tanpa menggunakan kondom, 2). Darah
dan Produk darah yang sudah terkontaminasi HIV dan ke 3). Dari Ibu HIV Positif
kepada bayi/janin pada masa kehamilan, persalinan dan menyusui.
Jika
melihat pada konteks HIV dan Teologi maka perdebatan terbesar ada pada cara
penularan yang pertama yaitu melalui hubungan seks yang berisiko tanpa menggunakan
kondom.
Hubungan
Seks dalam Pemahaman Teologi, haruslah benar
dan sehat, tidak ada pilihan lain yang diperbolehkan selain benar dan
sehat.
Benar memiliki pengertian bahwa hubungan seks hanya
diijinkan dalam BINGKAI PERNIKAHAN, Kejadian 1 : 28; Istilah “pemberkatan” merujuk
pada “Allah memberkati mereka” - yang oleh Gereja dipakai dalam prosesi
Pernikahan Kudus. Sehingga, dalam pandangan teologi, semua bentuk perilaku
seksual dan aktivitas seksual di luar bingkai pernikahan adalah DOSA.
Sehat memiliki
pengertian bebas dari kekerasan, dalam kepercayaan, adanya konsensus dan bebas
dari ketakutan serta bebas dari
intimidasi karena hegemoni namun tetap mengacu pada kebenaran. Sehat yang dimaksud tidak hanya tentang sehat jasmani
tetapi juga berkaitan dengan spiritual; tidak
ada ketakutan karena dihantui rasa bersalah di hadapan Tuhan, dan disetujui
secara rohani yaitu melalui Pernikahan yang sah menurut ajaran Agama.
Dalam
konteks penanggulangan HIV, untuk hubungan seks, dibagi menjadi 3 bagian
penting yang biasanya di kenal dengan pendekatan A, B dan C.
A adalah Abstinace; Puasa seks atau tidak melakukan hubungan seks
sebelum menikah.
B adalah Be Faithful; Saling setia pada pasangan. Dalam konteks
“pasangan” pada pencegahan HIV tidak semata mengacu pada pasangan suami istri
yang menikah secara sah, tetapi juga berbicara tentang pasangan seksual yang
berada di luar pernikahan.
C adalah Condom; Penggunaan kondom adalah cara menurunkan risiko
penularan melalui hubungan seks. Hal ini terjadi jika mereka yang belum menikah
namun sudah aktif melakukan hubungan seks dan atau mereka yang sudah menikah namun
memiliki pasangan seks lebih dari 1 (selain dengan pasangan nikah) maka sangat
direkomendasikan untuk menggunakan kondom.
Penggunaan
kondom dalam konteks penanggulangan HIV adalah bagian dalam Hubungan Seks yang SEHAT bukan sebagai bentuk melegalkan
hubungan seks di luar pernikahan. Dikatakan sehat karena dilakukan secara safety – melindungi pasangan seks dari
HIV, dan juga penggunaan kondom dalam hubungan seks mencerminkan adanya konsensus ke dua belah pihak.
Jika
dipandang dari sisi Teologi, maka dalam pencegahan HIV tidak dibenarkan melakukan
seks berganti pasangan sekalipun penggunakan kondom sebagai pengaman walau kita
ketahui bahwa kondom dapat mencegah sampai 90% risiko peneluran HIV.
Selain
cara pencegahan, maka kelompok-kelompok rentanpun jika dilihat dari pandangan Teologi,
maka ditemukan daerah yang sangat bertentangan dengan pandangan Teologi.
1.
Homoseks Laki-laki.
Homoseks laki-laki menjadi salah satu kelompok yang
rentang terinfeksi HIV dan mengifeksi pasangan seksnya. Dan saat ini intervensi
terhadap kelompok ini menjadi salah satu komponen dalam pendanaan Global Fun.
Dalam pendampingan kelompok ini, menitik beratkan
pada konteks perubahan perilaku seksual; dari aktivitas seksual yang berisiko
tertinfeksi dan menginfeksi ke aktivitas seksual yang aman tanpa memaksa untuk
merubah orientasi seksual mereka.
Dalam pandangan Teologi, Homoseks menyerang desain
Allah terkait seksualitas manusia dan tujuan Allah menciptakan manusia.
Kejadian 1 : 27, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan; Kejadian 1 : 28, Allah berfirman
“beranak cuculah” maka dalam konsep Allah adalah HETEROSEKSUAL.
Karena konsep Allah adalah heteroseksual, jika
berhadapan dengan konsteks kekudusan; maka Allah tidak kompromi dengan homoseksual
maupun biseksual.
Untuk kata Homoseksual, Paulus menggunakan kata
“arsenokoitai” dalam 1 Korintus 6 : 9 dan
1 Timotius 1 : 10 untuk kata “banci dan pemburit” – Paulus mengatakan bahwa
kelompok ini tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 1 Korintus 6 : 10 dan bertentangan dengan ajaran sehat.
Homoseksual dalam konteks sosial Alkitab adalah satu
perbuatan yang memalukan. Pengertian Alkitab tentang malu pada dasarnya ialah suasana hati yang merasa cemar karena dosa,
dan menyimpang dari hukum Taurat Allah, yang mengakibatkan celaan dan penolakan
baik oleh Allah maupun manusia.
Homoseks merupakan sebuah kekejian bagi Allah dan
manusia – Imamat 18 : 22. Kata yang
dipakai oleh Musa adalah to’eva – kekejian (keji) yang memiliki pengertian sesuatu
yang melanggar sifat-sifat keagamaniah seseorang. To ‘eva tidak terbatas pada
kebiasaan-kebiasaan pemuja berhala saja
namun juga berkaitan dengan dosa seksualitas yang terdapat dalam Imamat 18 : 22.
Alkitab terjemahan NET dalam Yudas 1 : 7 menggunakan kata “amoralitas
seksual dan hasrat yang tidak wajar” dalam
KBBI amoral adalah tidak bermoral dan tidak berakhlak. Alkitab terjemahan
FAYH “penuh dengan segala macam hawa
nafsu, termasuk birahi laki-laki akan laki-laki yang lain” Hal ini
mengartikan bahwa homoseks menurut Yudas 1 : 7 adalah perilaku seksual yang
tidak bermoral dan hasrat seksual yang tidak wajar.
2.
Pekerja Seks
Pekerja Seks Komersial menjadi kelompok rentan
terinfeksi HIV sehingga dari awal program penanggulangan HIV – AIDS sudah
menyasar kelompok ini. Program PMTS di Lokalisasi misalnya; di dalamnya
terdapat program distribusi kondom dan pemeriksaan IMS menjadi indikator
keberhasilan program.
Salah satu aspek sebagai indikator di mana kelompok
ini menjadi kelompok intervensi adalah dengan adanya banyak bermunculan
Perda-Perda HIV yang muatannya adalah Pekerja Seks. Sebagaimana intervensi di
kelompok homoseks laki-laki, di kalangan pekerja sekspun berkaitan dengan
penurunan risiko penularna HIV dengan penggunaan kondom. Karena pendekatan di
kelompok Pekerja Seks tidak bisa menggunakan pendekatan Abstinace dan Be Faitful, karena berkaitan erat dengan pemenuhan
ekonomi keluarga.
Hal ini berbeda dengan pandangan teologi.
Pandangan Alkitab, Sifat seks adalah termetrai diawali dengan prosesi
Pemberkatan Nikah Kudus – Kejadian 1 : 28,
suci Ibrani 13 : 4 dan Eksklusif
Kejadian 2 : 24 – 25. Semua ini
terjadi dalam Pernikahan. Pernikahan Kristen adalah tahap kehidupan, yang di dalamnya
laki-laki dan perempuan boleh hidup bersama-sama dan menikmati seksual secara
sah. Persinahan dan Persundalan (hubungan seks berganti-ganti pasangan) adalah
gubungan seksual yang tidak diakui oleh orang Kristen sebagai konstitusi
pernikahan, bahkan dalam kehidupan kekristenan hanya mengenal monogami dan
lebih yang ekstrim tidak boleh ada perceraian - jika terjadi perceraian dalam
pernikahan orang kristen maka tidak diperkenankan untuk menikah lagi – Matius 19 : 4 – 6.
Tujuan melakukan hubungan seks dalam bingkai
Kekristenan (Alkitab) adalah beranakcucu
– Kejadian 1 : 28 namun juga di dalamnya adalah untuk sukacita dan kebahagiaan – Amsal 5 : 15 – 19 bukan sebagai alat pemenuhan ekonomi. Sedangkan tujuan dari
hubungan seks yang dilakukan dalam prostitusi (oleh Pekerja Seks Komersial)
adalah pemenuhan ekonomi.
Melihat sifat dan tujuan dari Seksualitas menurut
pandangan Kristiani, maka semua aktivitas seksual yang tidak memenuhi kriteria “sifat
dari Seksualitas” maka semuanya masuk dalam kategori menyerang kekudusan Allah.
Kejadian 39 : 7 – 12 (ayat 9, Bagaimana
mungkinkah aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap
Allah?”
Ulangan 23 : 17 - FAYH
Di Israel tidak boleh ada pelacur,
baik perempuan maupun laki-laki. Jangan kamu membawa kepada TUHAN persembahan
apapun yang berasal dari pendapatan seorang pelacur ataupun homoseks karena
kedua-duanya adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu.
Israel
dalam konteks tertentu di artikan sebagai Gereja atau yang biasanya disebut
sebagai Israel Rohani.
Merujuk pada konteks teologi,
apakah boleh seorang Pemuka Agama Kristen menjadi aktivis dan relawan HIV?
Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar